Berkat RA Kartini, kini kaum wanita di Indonesia bisa setara dengan kaum pria baik dalam hal kedudukan maupun persamaan sosial lainnya. Terutama dalam hal pendidikan, tanpa Ibu kita RA Kartini, wanita Indonesia masih buta huruf dan hanya ditakdirkan di rumah melayani keluarga tanpa boleh mengutarakan pendapat, tanpa Ibu kita Kartini tidak akan mungkin muncul bibit-bibit penulis wanita yang handal dan pemimpin-pemimpin wanita di Indonesia saat ini. Mengingat perjuangan beliau untuk dapat bersekolah meski hanya sesaat, kemudian tanpa putus asa terus belajar dari buku-buku bahasa Belanda dan Ia terus bertukar pikiran dengan teman-temannya di negeri Belanda melalui surat meskipun pada saat itu Ia dalam keadaan dipingit .
Sejak masih gadis, Kartini telah merealisasikan keinginannya untuk memajukan pendidikan kaum wanita, dengan mendirikan sekolah cuma-cuma khusus wanita di kota kelahirannya, Jepara. Setelah menikah, Kartini juga mendirikan sekolah di Rembang. Hal tersebut menginspirasi wanita-wanita lainnya dengan mendirikan "Sekolah Kartini" di beberapa kota yaitu Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.RA Kartini wafat pada usia 25 tahun, pada tanggal 17 September 1904 ketika melahirkan putra pertamanya. Gaung perjuangan Kartini lebih menggema sepeninggalnya, di antaranya didukung oleh kumpulan surat Kartini yang dikumpulkan dalam sebuah buku dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku yang diterbitkan pada tahun 1911 tersebut memuat 87 buah surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya. Atas upaya Direktur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan: Mr JH Abendanon menerbitkan surat-surat Kartini, hingga kini citra dan cita-cita Kartini kita kenal dan kenang. Buah karya RA Kartini yang sangat luar biasa dan mendobrak nasib serta mengubah sejarah wanita Indonesia sejak saat itu
Pemikiran progresif Kartini yang tertuang dalam kumpulan suratnya, menggambarkan kebebasan berpikir Kartini yang tidak terkungkung oleh keadaan. Meskipun dalam kehidupan nyata Kartini mengalami dan menyaksikan ketidakadilan bagi kaum perempuan, dengan guratan pena Kartini terus menyuarakan semangat pembaruan bagi wanita Indonesia.Meskipun hanya dapat meraih pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar, kecerdasan Kartini tampak melebihi wanita pada saat itu. Dengan kritis Kartini menuliskan ketertinggalan kaum wanita Indonesia dibandingkan wanita dari bangsa lain terutama dari Eropa. Wanita Indonesia belum memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk meraih pendidikan. Bahkan untuk memilih pasangan hidup pun, wanita Indonesia tidak dapat melakukannya pada saat itu.
Kegemaran membaca dan menulis Kartini ternyata akhirnya menjadi penyambung sejarah antar generasi wanita Indonesia pada jamannya hingga saat ini. Oleh karena itu, demi mengingat perjuangan Kartini hingga tercapainya emansipasi wanita, Jendelailmu.com mengangkat buku-buku yang ditulis oleh pengarang wanita dalam negeri, motivasi untuk wanita, dan motivasi untuk menulis. Tentunya semua dengan harga special di hari special untuk wanita-wanita Indonesia yang special. Bagi wanita Indonesia, jangan batasi wawasan Anda.
LinK=>www.jendelailmu.com